Hujan Cinta Dari Allah
Baru saja aku selesai megeluarkan seluruh isi keranjangku dan menyusunnya di atas meja kecil, mendadak terdengar suara guruh menggelegar di langit. Aku langsung menatap langit yang menggelap. ‘Ya, Allah, jangan! Kumohon ....” Belum selesai permohonan yang kuajukan di dalam hati, hujan sudah turun bagai dicurahkan. Aku panik. Serta merta aku meraup barang daganganku dari atas meja agar tidak kebasahan. Tapi tiba-tiba sesuatu terasa meneduhiku, serta meja kecilku. “Kau?” mataku melotot kaget. Seorang cowok tampan berdiri dengan memegang sebuah payung lebar. Dia adalah Dimas, teman sekelasku di kampus. Tampan, anak orang kaya, dan rasanya tak mungkin cowok sesempurna itu bisa berada tepat di hadapanku. “Tadi waktu melintas, gak sengaja lihat kamu, Tin. Hm, hujannya deras banget. Mau kuantar pulang?” “Tidak!” Dimas menatapku lekat. Aku membalas tatapannya dengan tegas. Rasanya suara kecil adikku di kampung, kembali terngiang di otakku. ‘Kak, lebalan nanti, be...