Pe(me)nulis harus punya prinsip

"Aku akan tetap menulis, meski hanya aku yang membacanya."


Prinsip itu tercipta ketika aku melihat sudah berlembar-lembar, bahkan berbuku-buku tulisan yang kuhasilkan. Ups, maksudku, kutulis dengan tanganku sendiri. Memakai pena, tentu saja. Sebab saat itu, aku belum memiliki komputer atau laptop.

Aku mulai menulis ketika aku suka membaca. Itu terjadi sekitar ... yah, saat aku masih di sekolah menengah umum. Setiap membaca sebuah cerita fiksi / novel, yang ada di dalam benakku adalah : aku ingin menulis seperti ini. Aku ingin menjadi penulis seperti penulis buku ini. Aku ingin bisa menulis seperti penulis buku ini .... semua pikiran seperti itu berputar-putar hingga jika tidak hati-hati, mungkin aku akan jadi gila sendiri... hahahah.

Baiklah. Apa hubungan dengan judul blog-ku di atas?
Erat! Ketika aku mulai mencoba menulis, aku tahu, aku sudah memiliki pembaca yang setia. Siapa? Tentu saja diriku sendiri. Dan karenanya, aku menjadi bersemangat untuk terus dan terus menulis hingga satu cerita akhirnya tamat. Lalu, tak menunggu waktu yang lama, pembaca setiaku langsung membacanya, dan bahkan mengkritik serta mengoreksi habis-habisan.... hahahah. Asyik, kan?

Akhirnya, prinsip menulis seperti itulah yang selalu kubawa di dalam hatiku. Bahwa jika ingin menulis, tak perlu harus mencari orang lain untuk membacanya. Tak perlu merajuk jika merasa tak ada yang akan membacanya pada saat itu. Karena, kita adalah penulis. Bukan pengumpul pembaca. Iya, kan?

Comments

Popular posts from this blog

Lirik Lagu Anak-Anak Indonesia

Fenomena "Sudah Dibaca Jutaan Kali"

Mengapa Novel Bisa Membosankan?