Posts

Showing posts from October, 2016

Jangan Dimakan!

Image
"Jangan dimakan!" “Hah? Apa?” tanyaku menoleh ke belakang. Tetapi tidak ada seorangpun di sana. Jadi, suara siapa yang kudengar tadi?   “Jangan dimakan!” bisikan itu kembali terdengar. “Hei, siapa di situ?” teriakku cepat. Kuperiksa satu persatu kamar-kamar wc di toilet itu. Kosong. Ya, ampun! Apa aku sedang berhalusinasi? “Jangan dimakan!” Satu bisikan lagi yang langsung membuatku takut dan menghambur keluar. Toilet setan! Ada suara, namun tak ada pemiliknya, pikirku segera bergabung dengan seluruh keluargaku di rumah makan. Di sana, Ayah dan Ibu sedang berbicara dengan pemilik rumah makan. Lalu kedua kakakku, serta Paman dan Bibi, kami semua duduk menghadap ke meja makan dengan wajah tercengang. Yah, gimana tidak? Ada begitu banyak hidangan di atas. Bukan hanya nasi, bermacam-macam ikan, daging, dan sayuran, tetapi juga aneka kue, minuman dan buah-buahan. Benar-benar mengundang selera. Namun anehnya, semuanya gratis! Kata pemilik rumah makan, kami a

2012

Terminal bis Mega Mendung cukup ramai pagi ini hingga sulit bagi Inga mencari cowok yang ingin bertemu dengannya. Tetapi samar-samar dilihatnya Roy melangkah membelah keramaian dengan mudahnya. Wajahnya cerah. Kemejanya merah muda – selera yang aneh - berpadu  jeans belel berwarna tak jelas. Di belakangnya terseret-seret sebuah tas koper berwarna biru. “Sorry, gal! Macet. Udah lama nunggu?” sapanya ramah. Tangannya terbuka lebar dan mulutnya menyosor hendak mencium pipi Inga. Namun gadis itu cepat-cepat menangkap muka Roy, dan membuangnya kesamping. “Genit amat sih lo!” makinya membuat Roy terkekeh. Giginya yang berbaris rapi tampak putih bersinar.  “Gitu aja nolak. Dulu suka.” “Dulu kapan?” “Waktu SMU.” “Ngimpi, kali lo.” “Jadi gak pernah ya?” Inga meringis. Nih cowok dari dulu memang perayu ulung, tapi gak pernah serius! “Okey.To the point aja. Untuk apa kita di sini? Napa gak di Jakarta aja?” tanya Inga seraya melirik jam tangannya, “lo tau besok gu

5 Tips Menghadapi Mantan Yang Mengganggu

Image
Di dalam sebuah hubungan, terdapat dua hati manusia yang berbeda karakter dan watak. Bagi sebagian orang, hal tersebut dijadikan alasan untuk saling melengkapi. Namun tak semua hubungan berakhir dengan manis. Terkadang, kita harus menghadapi kegagalan dan harus putus darinya. Sayangnya, cukup banyak juga yang tidak terima dengan keputusan berpisah tersebut. Hingga kita masih saja harus berhadapan dengan 'sang mantan' yang mestinya sudah harus jauh-jauh dari kita. Dan jika sikap-sikap mantan sudah terasa mengganggu, lakukan 4 cara ini untuk menghadapinya. 1. Kamu wajib mencuekin dia. Apapun yang dilakukannya, mungkin menarik perhatianmu saja. Siapa tahu dia masih belum dapat melupakanmu? Jangan marah. Apalagi panik. Yang harus kamu lakukan adalah mengacuhkannya. Lalu menghindarlah agar dia paham dan tak lagi mengganggumu. 2. Tunjukkan kalau kamu sudah bahagia. Setidaknya, jangan pernah memperlihatkan wajah sedihmu di depannya. Tunjukkan, meski tanpanya, kamu jug

2 Kata Ajaib Untuk Menjadi Penulis Hebat

Image
Seringkali kita kagum pada seorang karena hebat sekali menulis dan merangkai kata. Sedangkan kita hanya baru tahu ilmunya saja. Sering juga kita tersenyum, tertawa, terpana, terenyuh, sedih dan menginsafi diri setelah membaca satu tulisan dan kita ingin sekali bisa menulis seperti si penulis. Namun apa daya kita membuat satu paragraf yang baik dan benar saja susah minta ampun. Lalu kita bertanya-tanya, bagaimana sih cara menjadi penulis hebat seperti penulis yang telah sukses itu? Jawabannya ada pada dua kata ajaib ini: practice (latihan) yang massive (banyak). Menulis itu adalah keahlian. Dan ketahuilah bahwa untuk menguasai satu atau beberapa keahlian intinya ada pada latihan ( practice ) yang banyak dengan berulang-ulang terus-menerus ( massive ). Mari kita ambil sebuah contoh perbandingan: Mengapa seorang bocah berumur satu atau dua tahun yang tinggal di negeri bule sana tidak pernah belajar bahasa inggris, namun ternyata mereka fasih sekali berbahasa ing

Labirin Laba-Laba -4

Image
EMPAT “Kayanya yang satu ini engga ramah.” Bisik Dodi menelan ludah. “Kamu menghancurkan sarangku dengan sapumu! Padahal aku baru saja menyelesaikannya!” sambung laba-laba itu lagi sambil maju selangkah demi selangkah mendekati Dodi n Nina, membuat kedua remaja itu tampak makin menciut! “Dia…dia pasti yang tinggal di…di kolong meja mesin miniatur itu, Dod!” ujar Nina terbata-bata. “Kamu hampir saja membunuhku kalau saja aku enggak langsung menyelamatkan diri!” terdengar suara laba-laba itu lagi. Kini hewan buas itu jaraknya hanya tinggal semeter dari Dodi n Nina. “Aku…aku hanya melakukan perintahnya…” ucap Nina menunjuk kearah Dodi. Tuh cowo’ langsung mendelik. “Dalam hal ini, kalian berdua sama-sama salah! Artinya, kamu berdua harus mendapatkan hukuman!” teriak laba-laba itu. Medadak kaki hewan itu mengeluarkan tali yang panjang, berputar-putar seperti laso yang langsung mengikat tubuh Dodi n Nina. “Aduh…ampuuuunnnn…” teriak Nina merasa nyawanya udah di u

Labirin Laba-Laba -3

Image
TIGA Apalagi setelah bicara, laba-laba tadi melepas tali yang mengikat mereka. Lalu tampaklah mulut mereka tertarik kesamping kiri n kanan. Laba-laba itu kayanya berusaha tersenyum pada mereka. Nina menggosok-gosok lengannya, “Bu..bukankah ka…kalian akan membungkus kami dengan jaring kalian dan..dan memangksa kami?” Laba-laba yang ditanya Nina menggeleng, “Enggak. Aku jujur saja ya. Aku enggak suka makan manusia. Aku lebih suka makan lalat segar!” Nina menelan ludah gembira. Dodi juga tampak lega bukan kepalang. “Omong-omong, senang berkenalan dengan kalian. Belum pernah sejarahnya lala-laba bertemu dengan manusia mini seperti kalian. Oh ya, namaku Herion. Tapi panggil saja aku si Bulu.” “Dan aku si Jangkung!” terdengar suara laba-laba yang satunya. Tubuhnya emang lebih jangkung di banding temannya si Bulu. “Ha…halo. Aku Nina.” “Aku Dodi.” Ucap cowo’ itu walo masih dengan perasaan engga percaya kalo saat ini mereka sedang bicara bengan hewan.

Labirin Laba-Laba -2

Image
DUA  Dodi menggosok-gosok pantatnya yang sakit akibat terjatuh tadi. Demikian pula Nina. Mereka tampak meringis menahan sakit. Lalu perasaan cemas mulai menghinggapi otak mereka setelah mereka benar-benar sadar apa yang telah terjadi. “Ya ampun, Dod. Apa kita benar-benar menciut?” Tanya Nina menelan ludah kuatirnya sambil melihat dinding kayu yang mengelilingi mereka. “N yang terparah adalah kita menciut tepat di dalam lorong labirin si tua Terpin yang engga berguna ini.” Gerutu Dodi kesal. “Kalo ajah gua engga menyandar di pilar itu…” “Eh, udalah. Ngapain disesalin. Engga membuat kita kembali membesar ‘kan?” ujar Dodi menghibur Nina yang tampak merasa sangat bersalah. “Yah…walo gimanapun, gua tetep ajah ngerasa bersalah. Maaf ya Dod…” Dodi tersenyum. Tangannya terulur mengacak-acak rambut Nina, “Iya gw maafin. Jangan nangis ya?” “Weh, sapa yang mo nangis?”  Nina langsung bangkit sambil meraba-raba tubuhnya mencari-cari kalo-kalo ada tulangnya yang p