5 Cara Kalem Menulis Cerpen


Menulis cerpen itu memang mudah, tapi bagi yang sudah pernah melakukannya. Bagi yang belum pernah, jangan samakan hal ini dengan film horor yang menakutkan, ya? Apa lagi, menulis cerpen juga bisa menjadi hobi yang menghasilkan, loh. Informasi yang kudapat, majalah Femina memberi honor hingga 1,3 juta untuk 1 cerpen yang lolos masuk. Itu baru 1 media, belum honor cerpen di Koran Kompas atau koran-koran besar lainnya. Keren, kan? Jadi kepingin, gak, belajar nulis cerpen? 

Pingin dong, Kakaaaa, tapi ajarin cara yang gak pake ribet,  dooongg ....
Siap! Jadi, jika  pingin tahu cara menulis cerpen dengan sederhana dan menyenangkan? Ikuti beberapa tahapan di bawah ini.

Tapi sebelumnya aku ingin menjelaskan, bahwa cerpen – cerita pendek – itu sama seperti kalau kita sedang mengobrol dengan teman pesbuk, bercerita dengan tetangga, bercakap-cakap dengan Pak RT, bahkan seperti diinterogasi sama Pak Polisi :P ... heheheh. Eh, tapi, hanya saja bedanya menulis cerpen adalah bercerita dengan tulisan. Berbicara lewat media bacaan. 

Nah, biar enak, untuk sementara, lupakan dulu yang namanya aturan dalam kepenulisan. Segala teori EBI, EYD, KBBI, apapun itu, letakkan di bagian belakang. Mulai saja menulis ya, biar cepat tamatnya tulisanku ini ...eh?

Oke, langkah-langkah ringan yang harus kau lakukan adalah :

1. Siapkan komputer, atau laptop, atau notebook, atau buku tulis untuk menulisnya. Penulis sejati adalah yang tidak menjadikan kemiskinan sebagai alasan untuk tak menulis. Lalu, mulailah menulis dengan kata pembuka yang kalem-kalem aja. Misalnya : “Once upon a time in ODOP ....” eeehhh, itu agak berat ya? Enggak kok, itu kan artinya “Pada suatu hari di ODOP ....” Jadi maksudku, gunakan saja kata pembuka yang gak ribet, biar gampang melanjutkannya. Nanti, kalau jam terbang sudah tinggi, baru deh starting tulisanmu pake kalimat super duper keren. Pake ‘Prolog’ kalo perlu ... hihihi.

2. Lanjutkan menulis dengan memakai sudut pandang orang ketiga. Sepanjang yang kupelajari, sudut pandang ini paling mudah dan paling banyak dipergunakan oleh penulis-penulis luar, seperti Sandra Brown, Sidney Sheldon, dll. Kalau penulis dalam negeri, lebih banyak lagi. 

Contoh tulisan dari sudut pandang orang ketiga, seperti ini :

Sydney menghela napas dalam-dalam. Baru saja dia ingin menutup jendela kamarnya, sekonyong-konyong matanya menangkap sesuatu yang langsung menyergap jantungnya. 

Sebuah gerakan! 

“Ada maling di kandang kuda!”

3. Perlu diketahui, cerpen itu berbeda dengan cermin, novelet, dan novel. Kalau cermin (cerita mini) disebut juga Flash Fiction biasanya ditulis hanya sekitar setengah halaman atau 2-3 paragrap, sangat singkat seperti namanya, novelet panjangnya sekitar 40-60 halaman, dan novel sekitar 70- tak terbatas, cerpen ditulis sekitar 3 - 20 halaman. Jangan lupa, agar menarik, di dalam sebuah cerpen ada narasi dan dialog. Narasi adalah semacam kata pengantar cerita, dan dialog adalah komunikasi antar tokoh dalam sebuah obrolan. So, kalau kau sudah mampu melanjutkan kalimat “Once upon a time” tadi sampai 3 halaman, SELAMAT! Kau sudah menjadi cerpenis! 

4. Karena sudah berhasil menulis cerpen, sudah waktunya untuk self editing. Apaan tuh? Itu adalah mengedit tulisanmu sendiri. Mandiri gak minta bantuan orang lain. Apa lagi minta bantuan Pak Hansip. Jangan ya? Beliau udah capek jaga malem. Ckckck!

Jadi, di mana mencari tahu tentang kaidah menulis yang baik dan benar itu? pertama, cari tahu di KBBI. Wah, ga punya kamusnya. Gampang, cari tahu link-link yang mengupas tentan Ejaan Bahasa Indonesia. Masih berat juga karena kuota untuk mendonlot sedang sekarat? Gampang! Ambil novel apa saja dari rak buku, baca! 

Gitu aja?

Lah, gak sesederhana pertanyaan itu. Baca dan pahami. Baca dan pahami seperti apa penulis novel itu menulis narasi ceritanya. Bagaimana penulis novel itu menulis dialognya. Tanda bacanya, bahkan seperti apa konflik yang diciptakan oleh si penulis itu, bisa kau pelajari dari buku itu. Bandingkan dengan tulisanmu, dan perbaiki letak kekeliruanmu melalui buku itu. Gimana? Keren kan hasilnya?

5. Nah, yang terakhir, itu cerpen jangan disimpan di folder saja. Carikan jodohnya di luar folder. Di mana? Di event-event atau lomba-lomba. Siapa tahu menang dan menjadi juara, kan? Well, kalau masih malu, boleh kok sekadar di share di medsos atau blog untuk mendapat tanggapan, kritikan dan saran. Masih malu juga, kirim ke teman-teman dekat melalui chat atau pm. Heh, apa? masih malu juga? Kirimnya sambil tutup muka, biar ga malu ... hahahah.

Udah ah, itu aja dulu. Kalo panjang-panjang, kapan nulisnya? Ckckck! 

#DayThree
#OneDayOnePost  



Comments

Jazilula said…
Maturtengkyu mbak Lindsay, sering-sering kayak gini ;)
Dewie dean said…
Paten Kali tips eda ini
Nazlah Hasni said…
makasih tipsnya....jadi pingin juga nulis cerpen
makasih ilmunya mbak

Popular posts from this blog

Lirik Lagu Anak-Anak Indonesia

Fenomena "Sudah Dibaca Jutaan Kali"

Mengapa Novel Bisa Membosankan?