7 Hal Yang Perlu Kamu Perhatikan Sebelum Menerbitkan Buku Pertama via Penerbit Mayor

"KNIFE, Teror Di Sekolah" novel pertamaku.


"Only a person with a Best Seller mind can write Best Sellers." - Aldous Huxley

Kamu adalah Dee Lestari selanjutnya, menulis buku serial fiksi ilmiah yang sukses. Kamu bisa seperti Ika Natassa dan Ilana Tan yang menulis buku genre chicklit atau metro pop yang dicetak ulang berkali-kali. Bisa saja kamu adalah Windry Ramadhina atau Valiant Budi. Mereka semua memiliki banyak pembaca dan buku terbaru mereka selalu dinanti-nantikan. Kamu bisa menjadi penulis best seller.

Seperti semua penulis lain, mereka juga melewati satu fase penting penulis, yaitu menerbitkan buku pertama. Ada dua pilihan menerbitkan buku: menerbitkan sendiri (self-publish) dan menerbitkan via penerbit mayor. Kita sudah punya banyak platform self-publisher yang mudah dimanfaatkan. Kita juga bisa menerbitkan sendiri dan mendistribusikannya ke toko buku. Namun, dapat menyelesaikan buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor adalah impian tertinggi dari semua calon penulis. Buku kita yang terdisplay di toko buku bisa menjadi bukti otentik bahwa kita mampu menyandang gelar sebagai penulis. Bahkan kebanyakan penulis self-publisher akhirnya pun ditarik menjadi penulis di penerbit mayor.

Jika kamu sudah memiliki draft novel yang siap dikirimkan ke penerbit, selamat, Impian kamu selangkah lebih dekat menjadi kenyataan. Namun, bagaimana agar buku pertama kamu sukses dan namamu dikenal oleh pembaca buku Indonesia? Jadi, sebelum naskah kamu diterima, diproses, dan akhirnya menjadi buku yang layak didistribusikan ke toko buku dan para pembaca, sebaiknya kamu membaca daftar berikut agar tahu apa saja hal yang perlu kamu tahu sebelum menerbitkan buku pertama.



1. Pilih Naskahmu yang Sesuai dengan Tren Saat Ini

Bagaimana pun, penerbit adalah perusahaan bisnis, dan tujuan utama mereka untuk mendapatkan profit. Artinya kamu harus bisa menyajikan konten buku yang akan dibeli oleh banyak orang. Semakin banyak yang menyukai buku kamu, maka semakin banyak pembelian yang dilakukan. Sesuaikan draftmu dengan visi misi penerbit serta pasar mereka. Apakah mereka menyasar pembaca muda umur 15 - 20 tahun, maka kamu bisa menentukan apa yang sedang menjadi topik favorit mereka. Jika penerbit tujuanmu selalu menerbitkan romance, maka pastikan naskah kamu adalah novel romance dengan karakter anak SMA atau kuliahan.



2. Buatlah Penerbit Bisa Melihat Ciri Khasmu

Buatlah dirimu menonjol semenjak di paragraf pertama. Draft yang kamu kirimkan akan dibaca oleh penyeleksi naskah, biasanya editor yang akan memproses buku kamu. Meskipun kamu menuliskan judul yang bisa saja, mereka tetap akan membaca bab pertama dan paragraf pertama. Di sinilah kamu harus bisa memperlihatkan bahwa kamu memilih kata-kata dengan penuh pertimbangan dan bisa menggambarkan keseluruhan buku kamu sehingga pembaca tertarik dan ingin terus melanjutkan membaca. Mengenai judul, nantinya kamu bisa berdiskusi dengan editor demi memilih judul yang berdaya jual.



3. Menerbitkan Buku Butuh Proses yang Panjang

Jika bukumu sudah dinyatakan akan diterbitkan oleh redaksi penerbit, maka selanjutkan editor akan memproses bukumu. Proses penerbitan buku cukup panjang. Kamu harus bersabar dalam melewati setiap tahapannya. Kamu bisa meminta update perkembangan kepada editor penanggung jawab, tetapi berhati-hati agar tidak menjadi orang cerewet atau mengganggu mereka setiap hari. Para editor mengerjakan dua bahkan lebih buku sekaligus. Mereka tidak hanya mengurus kamu saja. Namun, adalah hak kamu untuk menanyakan perkembangan jika kamu rasa editor tidak memberikan berita apa pun setelah sekian lama. Biasanya, kamu mesti bertanya paling sering dua minggu sekali.



4. Revisi Adalah Hal yang Biasa Bagi Penulis

Jika editor meminta kamu merevisi naskah, baik sedikit maupun banyak, maka lakukanlah. Jangan merasa dirimu gagal dalam menulis atau pun editor kamu tidak membantumu. Tugas utama penulis adalah menulis dan melakukan revisi agar bukumu menjadi lebih baik. Sedangkan tugas utama editor adalah menemukan celah dalam tulisanmu dan membantu kamu dalam merevisi. Editor bukan orang yang mengerjakan tugasmu. Ingat, mereka mereka juga mengurus banyak penulis selain kamu. Dan hal yang paling penting untuk menjaga opini baik penerbit mengenai kamu. 

Bahkan penulis yang sudah punya puluhan buku tetap melewati proses revisi.



5. Bekerja Samalah dengan Banyak Orang di Penerbitan

Menulis memang pekerjaan yang sepi dan seringkali harus dilakukan sendirian. Kamu bisa melakukan apa pun terhadap bukumu, sesuai dengan keinginanmu. Beda saatnya jika buku kamu sudah diproses di dapur penerbitan. Kamu berurusan dengan editor, penyelaras aksara, penata letak, pendesain sampul buku, ilustrator, bahkan kamu bekerja sama dengan marketing penerbitan. 

Jadilah orang yang mudah diajak kerja sama. Sampaikan pendapatmu dengan jujur dan baik jika mereka memperlihatkan calon sampul atau tata letak bukumu. Jangan menyimpan di dalam hati saja jika kamu tidak suka pada apa yang mereka sodorkan. Sampaikan pendapatmu dengan baik, tetapi jangan bernada memaksa. Di sinilah kamu harus bisa menahan ego sebagai penulis dan menyesuaikannya pada perusahaan penerbitan. Tidak ada penerbit yang ingin bukumu tidak laku. Mereka semua berdoa bersama-sama kamu agar kamu bisa menjadi penulis buku best seller. 



6. Kamu Harus Menjadi Marketing Utama Bagi Bukumu Sendiri

Saat ini, penulis wajib memiliki akun di sosial media serta memiliki blog atau situs pribadi. Mayoritas pembaca Indonesia mencari informasi melalui internet dan mereka selalu membuka situs sosial media. Jadi, kamu harus bisa menjual informasi mengenai bukumu di sana. Buatlah artikel mengenai bukumu yang akan atau sudah terbit. Ini buku pertamamu, maka kamu bsia menulis mengenai proses kreatif dari awal sampai akhir. 

Memang, setiap penerbit memiliki tim marketing, tetapi mereka juga mengurus penulis-penulis lain. Bisa saja kamu merasa tidak mendapatkan pelayanan promosi yang sesuai dengan yang kamu harapkan. Nah, jangan berkecil hati karena kamu memiliki kemampuan untuk bisa menjadi marketing bagi dirimu sendiri. Sering-seringlah mention/tag akun sosial media penerbitmu. Dan aktiflah di komunitas-komunitas penulisan sambil mempromosikan bukumu dengan sopan. Jangan sampai kamu dianggap spam atau troll.



7. Segeralah Menulis Buku Kedua

Kamu harus merayakan penerbitan buku pertama kamu! Apalagi jika kamu sudah menerima royalti dan pergi makan-makan dengan orang tersayang. Namun, jangan terlalu larut dengan euforia buku pertama saja. Karena dari pengalaman banyak penulis, hal yang paling besar adalah menulis buku kedua dan seterusnya. Kamu tidak mau hanya menerbitkan satu buku saja seumur hidup, bukan? Pasti kamu ingin menjadi penulis produktif seperti banyak penulis buku best seller yang konsisten. Maka, kembalilah ke ruangan atau kamar kamu dan mulailah menulis buku kedua.

Setelah kamu tahu apa saja hal yang penting sebelum menerbitkan buku pertama, maka selesaikan buku pertama itu. Semoga buku kamu menjadi sukses dan kamu menjadi penulis yang produktif dan best seller. Kami tunggu buku pertama kamu hadir di toko buku seluruh Indonesia.


Sumber :  @jasonabdul-Trivia

Comments

Popular posts from this blog

Lirik Lagu Anak-Anak Indonesia

Fenomena "Sudah Dibaca Jutaan Kali"

Mengapa Novel Bisa Membosankan?